Not a Movie Review : The Imitation Game

 

immitation game

Pekan lalu, saya melihat satu film yang sangat genius dan menjadi film pembuka awal tahun yang sangat inspiratif.

Long before Steve Jobs and Bill Gates changed the world of computing, Alan Turing designed a machine to crack Germany’s Enigma code during World War II and became a computing pioneer himself (source : http://www.hollywoodreporter.com/behind-screen/oscars-how-imitation-game-team-752054)

Benedict Cumberbatch adalah pewarna hidup saya bulan ini dan mungkin di tahun ini. Pertama muncul di Sherlock buat saya yang figur idaman berbentuk Adam Levine dan George Clooney, tentu jangan berharap saya bisa suka sama doi. Penokohan di Sherlock sebenarnya cukup kuat namun salahkan dua anak saya yang saat bapak sama emaknya baru mulai nonton Sherlock selalu meminta diputarkan Tinker Bell atau Frozen. Alih-alih saya mengerti cerita Sherlock, saya jadi lebih hapal bait percakapan Elsa dan Anna. Kapan Anna tertawa, kapan Elsa jahat, kapan Olaf menyanyi, kapan Hans teriak, kapan Kristoff berbalik arah ke Anna, dsb… dsb.. Sungguh … saya mabok sama Frozen ๐Ÿ™

 

 

Perbandingan Ga Penting
Perbandingan Ga Penting

Salahkan juga otak saya sehingga saat drakor demi drakor saya lahap, saat ini belum adapun satu episode Sherlock yang saya mengerti maknanya. Apakah sehabis saya jatuh cinta dengan Ben akan membuat saya melahap kembali Sherlock? Entahlah itu film terlalu berat buat saya. Setelah lelah dengan aktivitas yang menyita perhatian nampaknya film drakor yang menye-menye dan membuat saya bermimpi jadi Cinderella cukup menghibur.

Namun, di Immitation Game, tidak mungkin akan ada lagi aktor lagi yang bisa bermain sebagus Benedict.ย  Suer.. aksen british yang seksi (meski Alan Turner itu gay), tulang pipi tinggi yang bikin mukanya bisa berubah karakter dengan terlihat jelas, rambut keritingnya ditambah lagi bibirnya yang berubah-rubah bikin saya pengen kasih poin 100 plus plus plus ke Ben. Ayo buat yang belum menonton film ini, saya sangat merekomendasikan film yang mendapatkan rating 8,2 of 10 di imdb harusnya boleh ditambah jadi 10 karena si Ben (lebay…)

Saya sangat terharu di scene terakhir dimana Joan yang kira-kira di scene terakhir bilang (kira-kira) kalau perang tidak bisa berakhir lebih cepat kalau si Alan itu “normal” (normal disini dalam pengertian pemikiran ya bukan orientasi sexual dia)

Joan Clarke: Do you know, this morning I was on a train that went through a city that wouldn’t exist if it wasn’t for you. I bought a ticket from a man who would likely be dead if it wasn’t for you. I read up, on my work, a whole field of scientific inquiry that only exists because of you. Now, if you wish you could have been normal… I can promise you I do not. The world is an infinitely better place precisely because you weren’t.

Apa sih kategori normal itu? Kategori normal sekarang melekat dengan trend. Saya ingat sekali saat dulu saya masih happy dengan telpon saya yang hanya bisa menelepon dan sms, saya dianggap tidak normal karena tidak punya pin BB. Begitu juga saat saya sudah punya Iphone tetap saja yang ditanya adalah pin BB. Kenapa harus saya yang punya BB dan bukan mereka yang instal whats up? Saat yang lain memilih waktu makan siang untuk turun makan di kantin, saya juga dianggap tidak normal karena memilih untuk pergi ke gym. Saya yang aneh atau mereka? Kenapa kita hidup di masyarakat yang profesinya hakim dan jaksa sementara mereka bukanlah direktur keuangan yang membiayai saya hidup? Sungguh aneh.

Ditengah ketidaknormalan saya, saya ingin menambahkan daftar itu menjadi “Pengisi TTS”. Kurang atau lebih inspirasi ini datang dari Immitation Game. Alan Turing merekrut staff untuk membantu misi rahasia ini dengan cara mengisi TTS. Cara yang aneh namun ternyata dengan ketidaknormalan cara berpikir seorang Alan Turing bisa membuat dia menemukan Joan Clarke dibanding dengan seleksi yang dilakukan orang normal biasa dengan membandingkan niai akademis. Jangan lupa, apabila Steve Jobs lulus universitas, maka tidak akan ada Apple atau Bill Gates apabila lulus dari Harvard mungkin tidak akan ada Microsoft. Demikian pula dengan Jay Chou, apabila dia pintar matematika, tidak mungkin ada maestro piano sehebat dia. Dengan ini, sudah berani kita membuat kategori normal dan ideal? Menurut mata kita dengan kacamata kita? Terus siapa dong kita? Sudah hebat banget? Apa rekam jejak kita? (ter-najwa shihab)

Kembali ke TTS, mungkin akan dianggap aneh karena memegang kertas dan bolpen sekarang menjadi kurang keren dibanding cetat cetot smart phone. Padahal TTS itu mengajarkan banyak sekali kreativitas lho. Ini cara kreatif saya mengisi TTS

* mencari singkatan : dari sekian banyak pertanyaan pasti ada singkatan :D.
* mencari terjemahan inggris
* nama tokoh terkenal atau artis (bisa google :D)
* cari anonim atau antonim
* mengingat pelajaran SD seperti nama kota, nama hewan, nama bagian tumbuhan, nama vertebrata, dkk.. dkk.
* kalo yang sudah diisi dicoret
* kalau sudah ketemu satu kata.. cari kata yang lain yang sudah dapat awalan.

Dan selebihnya saya akan jujur bahwa saya akan mencolek om google. cara meng-google juga perlu kreativitas lho ๐Ÿ˜€ pasti yang hobi meng-google tau kalau keyword aneh-aneh suka muncul di search term wordpress kan ๐Ÿ˜€

Ada yang mau TTS-an sama saya ? TTS lhoo bukan TTM eh klo TTM ama adam levine, madam mau dehhh ๐Ÿ˜€ ๐Ÿ˜€ ๐Ÿ˜€

TTS bukan TTM
TTS bukan TTM

 

7 thoughts on “Not a Movie Review : The Imitation Game

  1. Aku blm nonton ini pdhl sbg mhs IT penting banget xixixi ๐Ÿ˜€
    Iya ma’am secara ga langsung menguji kecerdasan penjawabnya lho.. aplg yg bikin. Pernah baca bukunya KompasMedia ttg TTS juga. Seneng banget sm TTS ^^

  2. wah gw blom nonton, uda lama absen dr gedung biskop krn anak hehee.. nti muga2 segera diputer di HBO ya.
    Eh gw juga suka lho ngisi TTS, meski gaperna ngirim hasilnya hehehe ๐Ÿ˜€

  3. gw nonton sampe season 2 ๐Ÿ™‚ kagum sama orang sepinter ituh hehe. btw nyokap gw penggila TTS tuh, dah kronis pula, sampe buku TTS nya bisa dikilo-in, en dulu kita sering banget ngeledek kalo nyokap ga ada kerjaan banget sampe rajin ngisi TTS gitu hahaha.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *