Pendeta saya di session sharing sering bercerita tentang masa mudanya. Ini adalah salah satu usaha beliau untuk mengajarkan kalau hidup musti berusaha dan tidak terlalu mengandalkan hal yang mistis berupa mujijat tumpang tangan dkk.. That’s why saya suka dengan beliau. Di sesi sharingnya beliau bercerita bahwa dulu dia jualan ikan bandeng, bandeng presto. Bagaimana beliau kuliah dengan bau ikan yang masih tersisa dan kadang sisik bandeng yang menempel. Sebuah kisah yang diceritakan bukan sekali dua kali, namun sering sehingga berbekas di hati kami para jemaat. Haha harusnya sih bukan cerita bandengnya ya namun lebih kepada inti sari cerita itu yaitu kerja keras di masa muda.

Ikan Bandeng bukan ikan favorit saya. Saya mengenal sosok bandeng hanya setelah di presto. Pernah saya coba beli bandeng karena harganya lumayan murah namun hanya berakhir dengan keluhan suami karena durinya yg aduhai banyaknya. Akhirnya setiap kali ke tukang ikan, saya hanya berakhir dengan pilihan patin, kakap, gurami ato kerapu. Ikan-ikan ini bisa saya masak tanpa digoreng dan mengandalkan panci hepikol sehingga irit atau bahkan tanpa minyak.

Namun apa daya saya penasaran dengan sang bandeng (mungkin karena cerita Pak Pendeta?). Dulu teman saya pernah cerita kalo dia suka beli bandeng terus pembantunya bisa cabut tulang, dagingnya dikerok trus dibumbuin dan dimasukkan lagi untuk jadi sate bandeng. Isenglah saya bertanya ke anaknya tukang ikan, bisa ga dia cabutin durinya. Dijawab sama anaknya bisa. Oklah saya eksekusi 2 bandeng guedee dengan harga 55ribu saja. Tiba saatnya bandeng dibersihkan sang ibu, saya mintalah dicabut durinya, kata sang ibu dia tak bisa. Arggghhh miskom lagi disini.. cemas harus kuapakan bandeng itu. Ya sudahlah tak mungkin juga kubatalalkan bandeng yang sudah dieksekusi itu.

Tiba di rumah bandeng pun masuk freezer karena saya tak tahu harus diapakan. Hati masih galau akan cara membuang duri dari si bandeng. Setelah beberes, saya pun siap-siap ke gereja. Dan… pak pendeta pun bercerita tentang bandeng lagi.. hihihi.. Adapun selama ceramah itu saya seakan melihat pak pendetaku dikawal dua ekor bandeng yang tadi kubeli. 😀 Maap ya Pak.

Seminggu berlalu lewat berbagai googling, saya bertekad kalau ikan akan kueksekusi minggu berikutnya. Minggu pagi ikan diturunin dari freezer untuk thawing dan pergilah saya kebaktian. Dan maap entah kenapa saya melihat ada bandeng di muka pak pendeta. Aduh parah deh kayaknya ini kali kedua dan terakhir saya beli bandeng. Coba kalo beliau tahu saya bayangin cara lepasin duri bandeng pas liat dia. Pasti saya akan didoakan untuk terlepas dari roh bandeng (kidding)

Ok.. ok mari kita ekseskusi sang bandeng. Resepnya sepenuhnya diadaptasi dari site ini.

Bahan-bahan/bumbu-bumbu :
1 ekor (500 gram) gram ikan bandeng
150 gram tahu, haluskan
1 butir telur, kocok lepas
2 lembar daun salam
2 cm lengkuas dimemarkan
1/2 sendok teh asam jawa dan 50 ml air, larutkan
2 sendok teh gula merah
200 ml santan dari 1/4 butir kelapa
4 sendok makan minyak goreng
Bumbu halus:
8 butir bawang merah
5 buah cabai merah keriting
3 siung bawang putih
1 sendok teh garam

(karena ikan saya 1 kg lebih, semua bumbu saya kali 2)

Cara Pengolahan
* Katanya sih badan bandeng harus dipukul-pukul dulu sampe agak-agak lembek gitu. Setelah saya pelajari ternyata kulit bandeng itu tebal dan ga gampang sobek tapi inipun harus dilakukan untuk bandeng berukuran sedang ke besar ya biar daging yang diperoleh cukup banyak. Kemudian, ekor bandeng aku potong dan lewat insang yang dibelah oleh tukang ikan kutarik tulangnya. Eh bisa… haha lumayannn.. Tapi jangan kesenengan ini baru tulang punggung dan ketahuilah mungkin bandeng itu aslinya hobi maen petak umpet kali di tiap inci dagingnya pasti ada tulang.

* Terus daging ikan yang masih nempel di kulit dikerok pake sendok.

* Kata resep sih dagingnya harus dikukus. Logikanya sih buat misahin durinya lbh gampang ya. Bener sih lebih gampang dan semua daging yang ada di tulangnya bisa bener2 bersih. Lain kali saya pikir untuk digiling saja.

* Kemudian, setelah dicampur dengan bumbu halus, tahu dan telor, saya masukkan kembali campuran ke kulit bandeng. Bungkus dengan alumunium foil. Kukus.

* Kayaknya ini bisa digoreng. Tapi kemaren saya memilih untuk dikeringin dengan hepikol sambil diolesin bumbu

And this taste Yummy!!! Kayaknya saya akan bikin lagi untuk stok ditinggal pembantu bulan depan. Secara ayam, sapi mahal nampaknya ini bisa jadi alternatif makanan yang menarik.

Ada yang mo ikutan kerasukan roh bandeng?