Untuk memenuhi standard keselamatan, biasanya Gedung gedung tinggi di Jakarta akan mempunyai jadwal simulasi bencana atau populer dengan sebutan evacuation drill atau juga fire drill. Nah, sebagai salah satu penghuni tentu saja saya harus berpartisipasi dalam event tahunan ini. Apalagi dulu kantor saya ada di lantai ketujuh. Turun tujuh lantai doang? Ga masalah dong. Masalah timbul saat kantor mulai pindah ke lantai diatas angka puluhan. Mulailah segala cara agar tidak harus ikut drill pun dihalalkan.
Biasanya gedung akan memberikan surat notifikasi bahwa drill akan dilakukan di minggu keberapa. Nah, informasi inilah yang akan bocor dari mulut ke mulut dengan catatan: Jangan bilang siapa-siapa yah. Tapi apakah Anda yakin saya tidak bilang siapa-siapa? Ga janji deh.
Next, pihak safety dan karyawan akan pintar-pintaran. Pihak management akan pintar-pintarnya menyembunyikan informasi drill agar semua karyawan mau ikut dan karyawan akan sepintar-pintarnya untuk menghindar ikutan.
Mau nyontek ga cara menghindar drill ? Ini bukan ngajarin yah dan asal tahu kalau saya ga pernah absen drill kecuali saat saya hamil dan cuti hamil.
Ada kepercayaan bahwa drill itu ga pernah dibuat di hari senin dan jumat. Senin karena dipercaya orang orang akan sibuk dengan meeting dan jumat adalah saatnya shalat jumat
Ada kepercayaan bahwa drill itu diadakan sebelum jam makan siang jadi biasanya orang akan membuat dirinya turun jam 11 kurang 5 menit dengan alasan: ke bank! Ke century! Or paling gampang kalau di kantor saya mah kabur ke mal seberang! Dan jangan heran apabila lobi gedung tiba-tiba rame dengan orang yang bo-kang-co (in hokkian arti ga ada kerjaan). Bahkan itu adalah suatu pertanda baik supaya Anda jangan naik terlalu tinggi ke gedung tersebut.
Pertanda lain akan ada drill adalah diparkirnya mobil ambulans dan mobil patroli. Jadi, carilah posisi strategis tempat Anda bisa mengintip keberadaan kedua pertanda tersebut.
Apabila saat minggu perkiraan drill akan datang, harapan akan adanya tugas luar kantor semakin membuncah ataupun ga ada akan diada-adain. Tapi, namanya juga kerja, kadang-kadang meja ga bisa ditinggal. Apalagi, tanpa daya menolak, sayapun ditunjuk sebagai floor warden. Tatkala teror bunyi alarm pun datang dan yang muncul dari mulut saya adalah seruan YAAAAAAAAA!!!!!!
Pertama-tama sih sebel, benci, mengutuk ngutuk siapa sih yang menciptakan fire drill. Tapi ada kesaksian nyata dari sejumlah karyawan yang sempat mengalami bom teror, daya sigap karyawan yang sering ikut drill sama yang tidak sunggulah berbeda. Lagipula, untuk menghibur hati sedikit, antisipasi saya terhadap drill adalah memakai crocs favoritku, pasang lagu Gaga di telinga dan anggaplah saya sedang di kelas stepnya Fitness First. Asyik kan?
Ssttt… Kalo drill di apartemen saya ga pernah ikut kok. Kalo ini sih ga perlu diajarin cara escapenya. Kita sebagai penghuni hanya dianjurkan ikut kok. :d