Di tangan kiri saya, setahun yang lalu melingkar sebuah alat serupa gelang yang bukan gelang biasa. Perkenalkan FitBit saya, sebuah activity tracking device yang menghitung berapa aktivitas harian saya.

Tadinya bukan buat gaya-gayaan pakai barang beginian.  Namun suatu hari saya lihat di Cosmo UK ada pembahasan soal tracker ini, hal ini bikin saya “kepingin” 😀 

Benernya sih dulu frustasi saya itu aktivitasnya sudah banyakkk banget dan raja jalan kaki tapi berat saya stuck — duluuuuuu. Bayangin ya saya bisa jalan dari tanjung duren sampai ke seberang mal taman anggrek terus baru naik taxi dari sana. Untuk pulangnya juga saya lebih memilih jalan dari SCBD ke halte Polda yang Plaza Semanggi untuk berhenti di halte CP kemudia jalan kaki lagi sampai Tanjung Duren. Banyak? Menurut saya .. Namun, makannya juga banyak haha mo turun dari hongkong? Jadi berangkat dari teori itung-itung kalori, saya pingin punya fitbit

Fitbit ini disambungkan dengan gawai yang kita punya. Aplikasinya bisa didownload dulu di appstore/google play. Sesudah itu waktu kita sinkronisasi alat dan HP, ditanya dulu tuh berat badan/tinggi badan/panjang langkah baru deh kita mulai melangkah. Selain itu diset target yang kita mau berapa langkah, berapa kalori dan berapa jarak. Saya baca-baca bahwa ‘10,000 per day” adalah target yang  biasanya diset untuk orang-orang. 10,000 steps itu berada di kisaran 8km untuk langkah orang dewasa normal. Kalau alat di tangan bergetar berarti selamat target hari itu tercapai.

Benernya itu, 10,000-steps dipelopori sama orang Jepang waktu mau menjual pedometer di tahun 1960-an. Alatnya sendiri waktu mau dijual namanya “manpokai”atau ten thousand steps — kenapa 10,000? ya katanya itu idealnya jumlah steps untuk membakar kalori per hari booooo … Secara kereta Jepang lebih pinter jauh dari kereta Indonesia ya jadi nurut aja lah yaa… It’s all about mindset yang berhasil ditanamkan orang Jepang ituh. (sumber : wikipedia)

Setelah setahun pemakaian, sepuluh ribu bukan suatu hal yang sulit dicapai oleh saya kalau.. saya tidak menyetir ke kantor dan bukan di weekend yang notabene saya inginnya baring males-males gitu. Tapi, karena weekendnya jalan-jalan cantik di mal dan ada ikut combat di minggu sore, biasanya minimal ceban juga dapet lah.

Tips buat yang suka RPM, karena statis, fitbit tidak akan menghitung kayuhan sebagai step sehingga kalori yang keluar pun tidak terhitung. Google di forum, ada ide cerdas buat simpen fitbitnya di kaki. Nike saya punya spot untuk Nike+ (tracker juga) sehingga setiap RPM, fitbitnya tinggal saya lepaskan dari gelang dan masukin deh ke sepatu.

Sayangnya alat ini tidak bisa dipakai untuk mengetahui calories intake kita, karena database makanannya masih dari Amerika. Tapi kalau kita ngintip lumayan tahu kok kalau donat sebiji (Krispy Kreme) itu kalorinya 200 kal.. Ini sih ga saya ikutin banget namun cukup mengurangi lah hasrat makan atau memesan starbucks yang caramel machiatonya tall size di kisaran 180 kkal tanpa whipped cream dan melonjak ke kisaran 250kkal apabila ditambahkan whipped cream.

Jiwa Kompetisi Seorang Madam

Di kantor sekarang untuk memotivasi karyawan untuk bergerak lebih aktif dicanangkanlah program “Walk to the moon” . Ada 100 pedometer yang dibagikan untuk 100 pendaftar pertama. Ya yang pastinya adalah syarat-syarat dan komitmen yang harus dipatuhi sama pemilik pedometer kalau ga, pedometernya ditarik lagi terus diberikan ke waitlister berikutnya. Selain dapat pedometer gratisan, nanti top achiever bakal dapet hadiah lagi tuh.

Tadinya saya sudah percaya sama fitbit saya dan ikutan tanpa pedometer yang dibagiin dan saya mendaftar untuk ikut challenge ini tanpa tahu hadiahnya apa 😀 Ya.. lucu-lucuan aja. Peserta pun dikumpulin dengan Grup WA buat share result sama motivasi (halusnya) sekalian pasti pada pamer lahhh (kasarnya/kenyataannya) 

Namun, yang lucu pun terkadang tidak lucu saat jiwa kompetitif saya terusik 😀 😀 Saat saya ngos-ngosan mencapai angka ceban per hari, rata-rata peserta mencapai 20ribu steps bahkan hari demi hari meningkat ke 30rb steps perhari atau berjalan 16km – 24km per hari.

Bukannya meremehkan ya, namun apabila ada orang kantoran  yang berjalan segitu jauhnya per hari, saya ragu apa dia pas lagi meeting itu sambil treadmil? atau pas disuruh bikin budget sambil body combat? Sungguh saya kesal 😀 Tadinya sih ngoceh sama EO nya apalagi sama papi. Kata suami saya, ya timbangan beda merk aja bisa beda hasil apalagi alat ginian. Make sense juga sih namun kalau saya disuruh membawa 2 alat yang berbeda per hari, ngapain juga, saya bukan robot ini.

Sungguh, entah ini fitbit minta dilempar atau tidak, tatkala hari Jumat dimana saya jalan dari rumah ke seberang TA, siang lari treadmil 5km, sore saya ke JCC keliling Imbex Fair, pulang jalan lagi dari halte busway ke rumah, rekor tertinggi saya berada di kisaran 17rb steps saja. Akhirnya EO pun tak tahan dengan komplen peserta yang super cerewet macam saya ini dan ketua EO nya pun merelakan pedometernya dia buat saya pakai sebagai perbandingan 😀 😀

Seminggu memakai ini, saya menggap pedo yang satu ini jadi kutil karena ganggu banget kudu disimpen di pinggang. Kalau fitbit saya cukup dianggap seperti memakai gelang, klo pedo ini harus dicantol di pinggang atau dikantongin. Susahnya ya waktu mandi karena saya suka lupa untuk memakai kembali sehabis mandi *iyee udah tuaaa . Selain itu, hasil fitbit dan pedo tidaklah jauh berbeda sehingga ya mau dibuktikan apa lagi? Lebih parahnya lagi, sehabis mandi, karena pedo dikaitkan ke celana, beberapa kali saya lemparkan ke keranjang cucian 😀

A self reminder for me : Dasar sifat manusia, memang kita senang sama yang membuat mata kita senang saja dan membuat bias mana yang benar dan tidak. Terus bisa seorang jalan 20km perhari?? *tetep ga terima

 

Hayoo itu kertasnya bisa diganti. Kalian mo minta dikurangin berapa kg biar mata seneng liat timbangan?