2. Kebudayaan Taiwan
Selama 7 hari kunjungan gw ke Taiwan, gw diajak banyak mengenal kebudayaan disini. Sebagian penduduk Taiwan adalah imigran Mainland penentang Komunis (Kuomintang-KMT) yang lari ke Taiwan. Taiwan sendiri memiliki latar belakang politis yang sangat rumit sekali dimana dia tidak mengangap dirinya Zhongguo Ren (Orang Mainland) tetapi lebih memanggil dirinya sebagai Hua Ren (Orang Cina Perantauan). Karena saya juga tidak begitu mengerti sejarah, jadi kita skip bagian ini saja ya.
Kebudayaan Taiwan memang tidak terlepas dari kebudayaan bangsa Cina, dan selama beberapa hari di Taiwan, saya diajak untuk mengenal kebudayaan bangsa ini.
Pertama-tama kita diajak untuk mengenal salah satu suku di TW yaitu Amei. Meski ini adalah salah satu dari 13 suku minoritas, namun Pemerintah TW menaruh perhatian yang besar terhadap suku tersebut. Sepertinya setiap tur diwajibkan untuk membawa tamunya kesini. Menurut pengamatan saya, suku Amei itu mirip dengan suku Dayak, perawakan kecil dan kulitnya hitam. Mereka tidak sipit sama sekali. Sedikit tips disini, apabila Anda tidak mau mengeluarkan uang tambahan yang tidak perlu untuk pertunjukkan ini, hindari atau tolaklah ajakan mereka untuk mengadakan pertunjukan bersama. Anda akan diajak menari kemudian dijadikan “pengantin” untuk acara tersebut. Tamu pria akan diminta untuk menggendong penari wanita dan tamu wanita akan digendong oleh penari pria. Setelah pertunjukkan, anda akan difoto, yang mana pasti akan dikenakan biaya sebesar NT 400 (IDR 120,000). Namun apabila Anda tidak keberatan dengan jumlah uang tersebut, rasanya kesempatan berfoto dan gendong menggendong ini lucu juga. Tapi yang pasti mereka maksanya ga parah kok. Kalau ga mau, bilang dengan tegas aja tidak mau, pasti mereka menghormatinya.
Taiwan dipenuhi dengan kuil-kuil yang menawan. Pada kesempatan ini saya diajak untuk mengenal Fo Guangshan di Kaosiung dan 1 lagi yang saya lupa namanya. . Karena saya bukan penganut kepercayaan, saya cukup berfoto-foto di tempat ini. Kuil yang satu lagi saya lupa namanya apa, tapi itu adalah sebuah kuil kecil dimana kita diajarkan untuk masuk dari mulut naga dan keluar dari mulut harimau dan PANTANG untuk melakukan yang sebaliknya.
Tempat bersejarah yang kami kunjungi terakhir adalah National Museum (Gu Gong). Yup namanya Gu Gong same pronounciation and same writing as the Forbidden City in Beijing, China. Sebagian koleksi dibilang adalah koleksi dari Forbidden City yang berhasil diselamatkan oleh KMT. Tidak ada foto untuk koleksinya karena dilarang untuk memotret di dalam museum. Beberapa koleksi adalah sawi putih dan daging babi yang dibuat handmade dari batu giok. Ini adalah master piece yang paling hebat menurut saya karena bayangin yah.. kan kalo daging babi di bagian kulitnya itu suka ada pori-pori gitu dan itu dibuat sedetil mungkin dan isunya semua itu dibentuk memakai bantuan jarum. (gambar diambil dari Wikipedia)
Taiwan, layaknya negara Asia lainnya adalah negara yang begitu kaya dengan budaya. Sayangnya 7 hari perjalanan tidak mampu untuk menjelajahi kesemuanya. Satu kebiasaaan yang cukup unik adalah kebiasaan Nyirih dengan buah penang yang dibungkus dengan daun sirih dan dibubuhi kapur. Biasanya sih yang jual itu nenek-nenek dan dijual kepada para sopir truk yang melintasi jalan. Seiring dengan perkembangan zaman, maka penjual penang bukan hanya nenek lagi namun para gadis dengan rok 30 cm di atas lutut. haha.. Saking besarnya konsumsi penang, maka untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, pemberintah terpaksa mengimpor penang saya sih tidak menemukan bar penang dari negara lain seperti indonesia dan vietnam. Saya sih tidak menemukan bar-bar asoi tersebut namun menemukan toko penjual penang dengan rupa seperti ini
next Kuliner Taiwan
2 thoughts on “Taiwan Marketing Strategy (part 2)”