Aga Kareba … (Apa kabar) adalah sapaan yang diberikan oleh sopir yang menjemput kami di terminal kedatangan Bandara Sultan Hassanudin dan kemudian kami menuju kota Toraja dengan janji untuk kembali 😀 😀
Tiba hari minggu jam 05.00 pagi di Makassar, saya masih berusaha mengumpulkan nyawa yang sepertinya masih terombang ambing di kelokan jalan Toraja-Makassar. Turun dari bus, rupanya banyak taxi yang mangkal di pangkalan PO Primadona kota Makassar dan apabila ada yang khawatir taxinya memakai argo tembak, boleh dipilih taxi dengan brand Bosowa (Semacam merk burung biru di Makassar). Tanpa arah dan tujuan, kami mencoba peruntungan untuk mendapatkan early check in dari Ibis Makassar. Beruntungnya kami hari itu, karena staff Ibis tanpa banyak birokrasi langsung memberikan kami kamar dan kami pun melanjutkan istirahat.
Kota Makassar atau di masa sekolah saya kenal dengan nama Ujung Pandang, adalah kota terbesar di Indonesia Timur dan 5 besar di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Tidak banyak yang saya tahu tentang kota ini dan saya hanya tau dari Bakmi Bintang Gading, Coto, Konro dan Es Pisang Ijo 😀 😀
Transportasi di Makassar selain taxi bisa memakai becak atau Pete-Pete (semacam angkot).
FYI : Pete-pete untuk semua huruf ‘e” dibaca bukan e taling seperti “petai’ tapi lebih ke “e” pepet seperti membaca “bebek”
Jalanan di Makassar rumayan ruwet dengan trotoar yang ga jelas, becak, mobil dan angkot yang berbagi jalan ditambah dengan matahari yang saya rasa ada sembilan dan bonus hawa pantai yang gerah-gerah gimana gitu sehingga membuat kami tidak terlalu ingin menjelajah kota tersebut lebih jauh (baca : anak mall jakarta).
Tanpa memiliki agenda apapun (karena tujuan kami ke Sulawesei benernya hanya untuk ke Toraja), kami pun tanpa ambisi mulai menyusun agenda saat istirahat pagi itu dirasa cukup. Pusat turisme di kota sepertinya hanya ada di Pantai Losari (yang amit-amit ramenya di minggu pagi itu) dan Benteng Rotterdam. Papi pun menyarankan bagaimana kalau kita menyewa kapal untuk menuju pulau di luar Makassar. Oklah .. mari kita berangkat. Perjalanan dari hotel ke dermaga, kami tempuh dengan becak dan layaknya tempat wisata yang menyewakan kapal, sepanjang jalan sudah banyak tukang kapal yang menawarkan jasa. Tidak ada tarif resmi disini, semua tergantung kelihaian Anda menawar. Setelah berbagai hasil google, kami mencoba menawar kapal dengan harga 500,000 (dari harga awal 1 juta). Sebenarnya tidak berat kalau perginya beramai-ramai, namun karena kami hanya berdua ya nawarnya harus alot deh.
Pulau yang kami kunjungi ada dua yaitu Pulau Samalona dan Pulau Kodirangkeke. Kedua Pulau diberkati dengan langit biru dan air yang jernih transparan. Kami sempat snorkeling dan berkeliling pulau sebentar untuk foto-foto. Saat dipajang di FB, seorang teman di US malah menebak kalau ini di Maldives 😀 Sayangnya orang Indonesia tidak menghargai berkat ini dan lihatlah sampah yang saya temukan ini 🙁 Sudahlah ya jangan dibahas karena hanya akan menjadi diskusi yang tiada habisnya.
Setelah melihat yang indah-indah, mari melihat kenyataan dibalik itu :
Sekitar 4-5 jam kami habiskan untuk berkeliling di kedua pulau ini. Pulau Samalona yang lebih dekat dari kota lebih ramai dan lebih banyak fasilitas wisata serta warung-warung yang menjual makanan/minuman. Pulau Kodirangkeke ramai juga namun tidak ada warung dan yang berjualan. Kami tidak berminat untuk makan disana, sehingga kami menyudahi kunjungan hari itu dan menuju Makassar untuk makan siang. Tadinya mau makan Mie Titi tapi ternyata tutup. Karena kondisi kami yang super lepek kena air laut akhirnya kami memilih yang ada ada deh untuk makan siang. setelah itu, kami pulang ke hotel, mandi dan bengong lagi 😀 😀
Sorenya, kami mencari Es Pisang Ijo dimana katanya yang terkenal adalah Es Pisang Ijo Bravo. Setelah disajikan, sungguh saya lebih suka Es Pisang Ijo versi Jakarta. Versi yang saya makan ini serba plain, bubur putihnya encer, sirupnya juga ga wangi, pisangnya juga so-so. Di sekeliling toko bertebaran iklan santan instan K*R* sehingga saya curiga, apa santen yang dipakai santan instan ya karena ga enak dan kemudian saya kecewa. Teman Es hari itu adalah otak-otak yang enak namun dicocol dengan saus yang aneh. Kayaknya beda selera deh.
Malamnya kami mencoba menjadi orang lokal dengan membaur di pantai Losari. Di minggu malam, semua masyarakat menghabiskan waktu di pantai tanpa pasir dan dipagar beton. Kata supir taxi yang membawa kami keliling katanya sekeliling Makassar itu adalah laut yang ditimbun. Versi “Ancol” nya Makassar ini samalah dengan yang mau menyewakan anak-anak mainan mobil remote, komidi putar mini atau kereta mini. Ingin jajanan khas? Sepanjang jalan kiri kanan sampai ujung belakang penuh dengan gerobak yang menjajakan Pisang Epe (pisang yang pipihkan pakai papan diberi isi meses, susu, selai, dkk) dan Sabarra (minuman jahe). Sayangnya kedua jajanan ini tidak kami coba karena keterbatasan sumber daya (perut) yang mau kami alokasikan untuk seafood di malam itu.
Ibis Makassar ini sangat asyik karena kemana-mana ditempuh dengan kaki. Hotel berlokasi hanya 100 m dari Pantai Losari, dikelilingi berbagai restoran dan pusat Kuliner, sangat strategis. Tentu kalau yang biasanya request hotel bintang 5 karena bawa anak ya jangan dicari kelas Ibis tapi ya itu kalau minatnya bintang 5 tapi request harga Ibis ya susah ya 😛
Pilihan restoran seafood malam ini adalah Lae-Lae katanya terkenal ikan Baronang dan sambalnya. Karena cuma berdua, hari itu yang kita pesan hanya seekor Baronang (yang bikin kaget yang jual karena dikira pelit soalnya disini seorang seekor padahal dia ga tau kalau madam ga biasa makan malam pakai nasi) dan cobain telor ikan yang dipepes. Papi juga tahu kalau pesan banyak macam dia akan jadi korban ngabisin jadinya dia kalem dan tidak memilih yang macem macem. Ikannya tidak berbumbu berat karena sudah manis rasa aslinya dan yang penting sambalnya nampol. Sambalnya ada 3 macam : sambal biasa, sambal gandaria (enak nih) sama sambal tomat. Es nya saya cobain kelapa gula merah yang segar.
Keesokan hari adalah hari terakhir kami di Pulau Sulawesi ini. Matahari belum diskon disini masih sembilan sehingga pastikan sun block adalah peralatan wajib di kota ini. Cita-cita hari ini adalah untuk berfoto di tulisan “Pantai Losari” bebas gangguan dan hari itu cukup berbangga dengan hasil yang kita dapat.. (item item deh)
Sehabis puas dapetin pose idaman, dengan pete-pete, kami menuju ke Fort Rotterdam. Benteng sendiri kurang terawat namun museum di dalamnya cukup informatif. Seperti yang sering diceritakan orang-orang apabila berkunjung kesini pastilah cerita kalau ini benteng tadinya berbentuk kura-kura. Seperti gambaran adalah berikut:
Cita-cita selanjutnya adalah makan Konro dan yang terkenal adalah Konro Karebosi (karena terletak di jalan Karebosi). Dari sekian makanan yang dicobai selama disini, sepertinya yang paling mengena di hati adalah Konro ini. Anehnya, untuk Bakmi ala bintang gading atau berbagai bakmi ujung pandang tidak gampang kami temui disini. Kalau mau dicari sih ada tapi karena ga niat (matahari ada 9) 😀 kami pun tidak menguber makanan itu disini.
Sesudah makan, kami memutuskan untuk nge-mall aja dan apalagi kalau bukan ke mall yang hitz yaitu Trans Studio Makassar. Tapi isinya ya punya grup Trans semua (Metro, Mango, Coffe Beans, Baskins) Pokoknya punya kartu Bank Mega adalah keharusan kalau di mall ini karena ada diskonnya. Meski mallnya besar, tapi karena isinya mall biasanya juga ya 30 menit juga habis lah diputer. Akhirnya .. kita berdua pun nonton 😀 Pilihan bijak dan tepat untuk menghabiskan waktu sampai jam 5 sore nanti (Pesawat jam 7 malam).
Perjalanan ke bandara agak tersendat karena jam pulang kantor namun karena waktu yang disediakan cukup banyak, kami pun santai. Bandara Makassar cukup megah dan dalamnya modern. Inilah akhir perjalanan kami kali ini. See you Sulawesi … Next time, diving di Bunaken asyik kali yaaaaaaa
Terima kasih sudah membaca Madamkoo
Si Lung pernah bawain pulang otak-otak makasar. Ga enak hahaha… enakan otak-otak jakarta euy
kok potonya ada yang miring2 … g liatnya sampe miring2 kepalanya~ wakakakaa… ah pengen jalan2
Bunakennnnnn….. mauuuuuu
semoga suatu hari nanti kesampean hehhee…
aduhhh gua jadi ngiler es pisang ijo nyaa…iyaaa lautnya keren kayak di maldives, jadi iya in aja kalo ada yang tanya : ini di maldives? …hehheehe.