Kemaren sebenarnya suami sudah minta tidur cepet karena paginya ada final Word Cup dan secara malam sebelumnya juga abis begadang demi liat German vs Uruguay 😀 Tapi tiba-tiba aja tuh mata melek pas liat ada film di Star Movies judulnya Taken yang maen Liam Neeson. Sebenarnya filmnya simple sih. Ceritain Bapak yang menyelamatkan putrinya dari penculikan di Perancis. Tapi mungkin karena naluri kebapakannya muncul kali yah membuat dia interest dengan film ini. Kenapa gw bilang simple? Karena perkasa sekali si Bapak mengobok-obok sarang mafia orang di negara orang lain lagi. Typical Rambo or Steven Seagal gitu deh.
Yang bikin pengen share disini adalah ajaibnya orang Perancis bisa ngomong Inggris di film secara yah, pengalaman kemaren, kita agak-agak sebel gimana saat menginjak yang namanya Paris atau saat berkunjung ke Swiss dimana penduduknya berbahasa Perancis. Ga ada yang mau menjawab pakai Inggris lho meskipun yah, mereka ngerti kita itu turis dan ga bisa Perancis. Yah, emang sih negara besar gitu lho, tapi kan at least bisa bantu kita ini yang ga bisa French.
Kita tiba di Paris setelah menghabiskan hari yang sangat-sangat indah di Venice. Terutama diriku yang terpesona oleh lelaki ganteng Italy dan orangnya yang sangat amat ramah dan mau diajak ngomong Inggris. 😀 Masih berharap menemukan cinta yang sama di Paris, langsung shock begitu melihat bandara Charles de Gaulle yang raksasa begitu dan dimana harus melihat hati-hati petunjuknya dengan bahasa Inggris. Hu hu hu.. benar-benar menjadi Completely Strangers.
Setelah berhasil lolos dari jebakan Batman disitu, mulailah kita mencari cara buat ke kotanya dan menghabiskan hampir 30 menit untuk mengerti stasiun tujuan kita. 😀 Akhirnya menghabiskan 15 menit lagi untuk meminta bantuan kepada seorang petugas (ganteng sih, sengaja tuh dipilih) 😀 untuk menjelaskan stasiun tujuan kita. Itupun dengan 90% bahasa Tarzan dan 10% bahasa Inggris seperti here, there, and OK :D. Silakan lihat peta metronya kalo ga bikin pada garuk-garuk kepala.
Check in di hotel yah masih dibantu dengan Inggris si receptionis yang amburadul deh tanya gimana cara beli carnet atau kartu buat naik metro terus ditunjukin toserba gitu yang buat jual carnet. Akhirnya kita beli carnet dan masih menjalankan peran sebagai Tarzan and Jane kita cari tempat buat ngisi perut. Sumpah yah, sebel abis dimana semua di menu itu hanya ada dalam versi Perancis dan akhirnya kita terdampar di toko Libanese Kebab. Begitu masuk, langsung kita tunjuk tangan 2 (maksudnya mau 2 kebab). Ditanya sama pelayannya : bœuf ? poulet? Bengong sesaat, akhirnya dia ngerti juga nanya Beef?? Chicken?? OHhhhhh, ngomong dari tadi napa? Akhirnya bilang 1 beef 1 chicken :D.. Lumayan lho € 6 udah kenyanggg banget (biasa porsi bule). Yang lebih lucu lagi, karena sudah 2 kali berturut-turut makan kebab, kita pengen ganti menu dan berakhir di sebuah Chinese Rest. Berharap sang pemilik bisa ngomong Mandarin, kita tanyalah, bisa Mandarin ga ke ceweknya. Ceweknya ngangguk terus panggil suaminya (pake French boo) dan langsung lemes kita saat tahu Mandarinnya ga lebih bagus dari Inggrisnya 😀 Akhirnya, bisa diduga teman-teman … Salah pesan lagi dan akhirnya kita ngerti dia coba ngomong apa tadi. Dia tanya makanannya mau dipanasin ga? Karena kita pikir dia mau tambahin sesuatu yang berarti additional cost, kita sama-sama geleng. Akhirnya setelah makan, mau nangis rasanya di hari sedingin itu makan makanan dingin lagi :(.
Tapi lumayanlah, Metro nya sendiri sudah mencakup tempat-tempat strategis sih macam Louvre, Eiffel, dan Champs-Élysées. Tapi hari kita ga secerah di Italy karena di Paris hujan dan windy sekali, sehingga ga bisa foto. Ohya, metro di Paris penuh dengan coretan lho dan disini juga kita menemukan pengamen masuk metro 😀 jadi ingat kampung halaman. :). Kita hanya menemukan orang mau ngomong Inggris saat di Louvre dan Disneyland. Image tentang Perancis tidak lebih membaik saat di hari terakhir kita harus ngantri 3 jam untuk bisa naik ke Eiffell. 🙁
Kisah completely strangers ini berulang lagi dan kita tambah illfeel saat tiba di Lausanne, Swiss dimana kita habis menikmati surga di Zurich dan Interlaken. Apalagi sebabnya kalau bukan karena penduduk disana berbahasa utama Perancis :(. Nanya nomor bus saja, si penunjuk jalan harus mengeluarkan HP untuk mengetik angka 15 :(. Akhirnya daripada nyasar, kita menyeret koper deh dan jalan selama 15 menit dibawah suhu 0 derajat :(. Yang bikin kita tambah ill feel, mereka ngerti kita ngomong apa, tapi kenapa sih ga bisa ngomong??? Masak di sekolah diajarin listening dan ga diajarin conversation?? Beli burger di Mc D aja, berakhir dengan salah pesan melulu. Maunya 1 paket 1 burger berakhir dengan 2 paket. Minta tuker mereka berlagak oon (padahal mungkin sengaja biar kita bayar lebih).
Huh, andaikata semua orang Perancis tiba-tiba lancar Inggris seperti film Taken kemaren, then I will love French as much as I love Italy. Untuk itulah saat terjadi skandal di klub sepakbola Perancis, kita ga gitu sedih sih bahkan ogah buat mendukung Perancis masuk Final Word Cup.
Hidup Italy.. hehe 😀
yah katanya sama dengan belanda juga begitu, dia orang ogah atau emang ga bisa bahasa inggris atau males kekeke.. walaupun kita turis ga bisa bahasa mereka hiks.. jadi ke tempat2 begitu kek na mendingan tour yah hehehe
orang belanda malah kaga say. tp gw agak ga nyambung aja the French.
wah.. padahal gua udah packing2 nih yul, minggu depan mau ke paris, tapi abis baca ini jadi ogah deh batal deh wakakakaka…
gaya benern ya gua, padahal kapaaan gua bisa sampe ke sana 😛
mungkin mereka ogah pake bahasa inggris karna mereka mendewakan bahasanya sendiri juga..
wah… jangan dong
kan bisa ganti jalur ke italy… 😀
makanya gw paling sebel kalo orang prancis ngirim cargo lewat cargo gw, bahasa inggrisnya amburadul terus rata2 bawel2 banget loh… Kalo bawel gak pelit sih gpp deh, ini dah bawel, pelit pulakkkk…
tadinya gw ga mau racist tp kenyataan emang French nyebelin sih. haha
sedikit tambahan, peta metro di atas adalah jalur regional. Kota Paris sendiri adalah yang diberi warna putih, di dalamnya masih ada jalur metro nomor 1-9.
Muach.
muach balik